Muhammad merupaka seorang Rasul
yang diutus oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam dengan dibekali Al Qur’an
sebagai petunjuk bagi umat manusia. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Rasul
bersifat damai, sebab ayat pertama yang diturunkan adalah perintah untuk
membaca ( iqra’ ), bukan perintah untuk mengangkat senjata.
Lafadz ‘iqra’ pun memiliki makna yang lebih luas dari pada hanya sekedar membaca bacaan, tapi juga membaca karakter orang orang arab pada waktu itu, sifat sifat mereka, kebudayaan mereka dan iklim tempat tinggal mereka. Hal ini merupakan sebuah metode dakwah untuk menarik simpati mereka supaya dapat memeluk agama islam.
Lafadz ‘iqra’ pun memiliki makna yang lebih luas dari pada hanya sekedar membaca bacaan, tapi juga membaca karakter orang orang arab pada waktu itu, sifat sifat mereka, kebudayaan mereka dan iklim tempat tinggal mereka. Hal ini merupakan sebuah metode dakwah untuk menarik simpati mereka supaya dapat memeluk agama islam.
Untuk itulah, mayoritas ayat ayat
yang diturunkan pada periode Mekah berupa ayat ayat yang berhubungan dengan
pembahasan tauhid, aqidah, surga dan neraka. Alasannya untuk memperkuat pondasi
keimanan, karena banyak yang masih belum mengenal agama islam, apalagi mengenal
Allah swt. Dari sinilah Nabi Muhammad saw mulai dimusuhi oleh berbagai suku
arab yang menganggap bahwa beliau tidak taat kepada agama nenek moyang, tapi
malah ingin menyebarkan agama baru yang masih asing di telinga penduduk arab.
Tak sedikit orang orang arab yang menyakiti beliau, menghina beliau, menghina
al Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, bahkan ada juga yang berencana untuk
membunuh beliau. Akan tetapi Allah swt belum menurunkan perintah untuk
berperang dengan mereka, meski hinaan, hujatan, pelecehan yang bertubi tubi
diterima oleh Rasulullah saw dan umatnya.
Lalu tak lama turunlah perintah
dari Allah swt untuk melakukan Hijrah ke Madinah. Nah, di kota inilah Allah swt
menurunkan ayat :
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ
ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ (39(
Telah diizinkan (berperang)
bagi orang orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiyaya.
Sesungguhnya Allah benar benar Maha Kuasa menolong mereka itu. ( Al Haj : 39 )
Ayat ini merupakan ayat yang
pertama kali diturunkan oleh Allah berkenaan dengan izin untuk melakukan
perang, karena melihat situasi dan kondisi umat islam yang selalu dianiyaya
oleh orang orang musyrik, serta ancaman dari orang orang musyrik yang akan
memerangi mereka. Bahkan umat islam tidak diperbolehkan memasuki Mekah untuk
melaksanakan ibadah Haji. Jadi selama kurang lebih sepuluh tahun di Mekah, baru
di periode Madinah inilah Rasul beserta umat islam diizinkan untuk mengangkat
senjata, yang bertujuan untuk melindungi mereka dan madinah sebagai tempat tinggal
mereka.
Lalu Jika kita meneliti semua
perang (ghazwah) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, maka kita akan
mendapatkan bahwa kabilah-kabilah yang memerangi Nabi Saw adalah:
(1) Quraisy, (2) Bani Ghatafân
dan Anmâr, (3) Bani Sulaim, (4) Bani Tsa'labah, (5) Bani Fazârah dan `Udzrah,
(6) Bani Kilâb dan Bani Murrah, (7) `Udhal dan al-Qârah, (8) Bani Asad, (9)
Bani Dzakwân, (10) Bani Lahyân, (11) Bani Sa`ad bin Bakr, (12) Bani Hawâzan,
(13) Bani Tamîm, (14) Bani Tsaqîf.
Bila kita meneliti dan mengenal
semua kabilah ini, maka kita akan menemukan fakta yang menarik, bahwa mereka
semua adalah kabilah yang berasal dari Mudhar atau yang terhubung dengannya.
Sementara Mudhar merupakan sanad keturunan Rasul saw ke atas setelah Abdul
Muthalib. Ini menunjukkan bahwa seluruh perang ini dilandasi atas kebencian dan
kemarahan kerabat-kerabat Nabi Muhammad Saw kepada beliau. Karena memang
kecemburuan yang terjadi antar kerabat dari satu nasab sangat cepat membakar
api perang. Apalagi kita tahu karakter orang Arab sangat berambisi
menghancurkan orang yang menyainginya dalam kemuliaan atau kekuasaan. Yang
membuktikan hal ini juga adalah dialog antara al-Akhnas dan Abu Jahal berikut
ini:
Al-Akhnas berkata: Wahai Abul
Hakam, apa pendapatmu tentang hal yang kamu dengar dari Muhammad? Abu Jahal
menjawab: Apa yang kamu dengar!! Kami dan Bani Abdi Manaf saling bersaing
menjadi yang paling mulia dan dihormati; Mereka memberi jamuan makanan, maka
kami juga memberi jamuan makanan. Mereka melunasi hutang dan membiayai orang
yang tidak mampu, maka kami juga melakukan hal yang sama. Mereka memberi, kami
juga memberi. Kami saling bersaing, mendahului dan merebut posisi terdepan,
hingga saat mereka berkata dengan bangga: Nabi terakhir yang diberi wahyu dari
langit merupakan anggota keluarga kami..!! Sekarang dengan cara apa kami bisa
menandingi atau mendapat kemulian nabi?!! Demi Allah kami tidak akan beriman
kepada Muhammad..!!
Fakta ini menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad Saw tidak pernah bermaksud memerangi seluruh orang dan suku Arab atau
memaksa mereka semua masuk agama Islam. Jika ini yang diinginkan oleh Nabi Saw,
maka akan terjadi peperangan dengan
seluruh suku dan kabilah Arab. Namun ternyata sejarah menulis bahwa semua
kabilah yang memerangi Nabi Saw merupakan keturunan Mudhar, kakek Nabi Muhammad
Saw ke atas.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa
Rasulullah saw berposisi sebagi defender atau orang yang bertahan, bukan yang
menyerang. Semua peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah saw atas dasar
keadaan darurat karena penyerangan yang dilakukan oleh kaum Musyrik. Dan pada
intinya Rasulullah selalu menginginkan perdamaian dalam berdakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar