Rabu, 08 Februari 2017

Rasul itu Sebagai Defender, Bukan Attacker

Muhammad merupaka seorang Rasul yang diutus oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam dengan dibekali Al Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Rasul bersifat damai, sebab ayat pertama yang diturunkan adalah perintah untuk membaca ( iqra’ ), bukan perintah untuk mengangkat senjata.


 Lafadz ‘iqra’ pun memiliki makna yang lebih luas dari pada hanya sekedar membaca bacaan, tapi juga membaca karakter orang orang arab pada waktu itu, sifat sifat mereka, kebudayaan mereka dan iklim tempat tinggal mereka. Hal ini merupakan sebuah metode dakwah untuk menarik simpati mereka supaya dapat memeluk agama islam.

Untuk itulah, mayoritas ayat ayat yang diturunkan pada periode Mekah berupa ayat ayat yang berhubungan dengan pembahasan tauhid, aqidah, surga dan neraka. Alasannya untuk memperkuat pondasi keimanan, karena banyak yang masih belum mengenal agama islam, apalagi mengenal Allah swt. Dari sinilah Nabi Muhammad saw mulai dimusuhi oleh berbagai suku arab yang menganggap bahwa beliau tidak taat kepada agama nenek moyang, tapi malah ingin menyebarkan agama baru yang masih asing di telinga penduduk arab. Tak sedikit orang orang arab yang menyakiti beliau, menghina beliau, menghina al Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, bahkan ada juga yang berencana untuk membunuh beliau. Akan tetapi Allah swt belum menurunkan perintah untuk berperang dengan mereka, meski hinaan, hujatan, pelecehan yang bertubi tubi diterima oleh Rasulullah saw dan umatnya.
Lalu tak lama turunlah perintah dari Allah swt untuk melakukan Hijrah ke Madinah. Nah, di kota inilah Allah swt menurunkan ayat :
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ (39(
Telah diizinkan (berperang) bagi orang orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiyaya. Sesungguhnya Allah benar benar Maha Kuasa menolong mereka itu. ( Al Haj : 39 )
Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah berkenaan dengan izin untuk melakukan perang, karena melihat situasi dan kondisi umat islam yang selalu dianiyaya oleh orang orang musyrik, serta ancaman dari orang orang musyrik yang akan memerangi mereka. Bahkan umat islam tidak diperbolehkan memasuki Mekah untuk melaksanakan ibadah Haji. Jadi selama kurang lebih sepuluh tahun di Mekah, baru di periode Madinah inilah Rasul beserta umat islam diizinkan untuk mengangkat senjata, yang bertujuan untuk melindungi mereka dan madinah sebagai tempat tinggal mereka.
Lalu Jika kita meneliti semua perang (ghazwah) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, maka kita akan mendapatkan bahwa kabilah-kabilah yang memerangi Nabi Saw adalah:
(1) Quraisy, (2) Bani Ghatafân dan Anmâr, (3) Bani Sulaim, (4) Bani Tsa'labah, (5) Bani Fazârah dan `Udzrah, (6) Bani Kilâb dan Bani Murrah, (7) `Udhal dan al-Qârah, (8) Bani Asad, (9) Bani Dzakwân, (10) Bani Lahyân, (11) Bani Sa`ad bin Bakr, (12) Bani Hawâzan, (13) Bani Tamîm, (14) Bani Tsaqîf.
Bila kita meneliti dan mengenal semua kabilah ini, maka kita akan menemukan fakta yang menarik, bahwa mereka semua adalah kabilah yang berasal dari Mudhar atau yang terhubung dengannya. Sementara Mudhar merupakan sanad keturunan Rasul saw ke atas setelah Abdul Muthalib. Ini menunjukkan bahwa seluruh perang ini dilandasi atas kebencian dan kemarahan kerabat-kerabat Nabi Muhammad Saw kepada beliau. Karena memang kecemburuan yang terjadi antar kerabat dari satu nasab sangat cepat membakar api perang. Apalagi kita tahu karakter orang Arab sangat berambisi menghancurkan orang yang menyainginya dalam kemuliaan atau kekuasaan. Yang membuktikan hal ini juga adalah dialog antara al-Akhnas dan Abu Jahal berikut ini:
Al-Akhnas berkata: Wahai Abul Hakam, apa pendapatmu tentang hal yang kamu dengar dari Muhammad? Abu Jahal menjawab: Apa yang kamu dengar!! Kami dan Bani Abdi Manaf saling bersaing menjadi yang paling mulia dan dihormati; Mereka memberi jamuan makanan, maka kami juga memberi jamuan makanan. Mereka melunasi hutang dan membiayai orang yang tidak mampu, maka kami juga melakukan hal yang sama. Mereka memberi, kami juga memberi. Kami saling bersaing, mendahului dan merebut posisi terdepan, hingga saat mereka berkata dengan bangga: Nabi terakhir yang diberi wahyu dari langit merupakan anggota keluarga kami..!! Sekarang dengan cara apa kami bisa menandingi atau mendapat kemulian nabi?!! Demi Allah kami tidak akan beriman kepada Muhammad..!!
Fakta ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah bermaksud memerangi seluruh orang dan suku Arab atau memaksa mereka semua masuk agama Islam. Jika ini yang diinginkan oleh Nabi Saw, maka  akan terjadi peperangan dengan seluruh suku dan kabilah Arab. Namun ternyata sejarah menulis bahwa semua kabilah yang memerangi Nabi Saw merupakan keturunan Mudhar, kakek Nabi Muhammad Saw ke atas.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa Rasulullah saw berposisi sebagi defender atau orang yang bertahan, bukan yang menyerang. Semua peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah saw atas dasar keadaan darurat karena penyerangan yang dilakukan oleh kaum Musyrik. Dan pada intinya Rasulullah selalu menginginkan perdamaian dalam berdakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar